MUSI RAWAS - 30 personel Bintara Remaja (Baja) angkatan 46 Polres Musi Rawas mengikuti Ekspedisi Darat (Eksdar), sekaligus tradisi upacara pembaretan.
Dimana, Eksdar dan Pembaretan dilaksanakan dengan cara mendaki medan terjal perbukitan wisata alam Bukit Gatan, di Desa Sukorejo, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, sekira pukul 07.00 WIB, Sabtu (26/02).
Hadir sekaligus mempimpin langsung jalannya serangkaian kegiatan Eksdar, sekaligus posesi upacara pembaretan, Kapolres Musi Rawas, AKBP Achmad Gusti Hartono didampingi Wakapolres, Kompol Willian Harbensyah, Kabag Ops, Kompol Polin EA Pakpahan.
Selain itu, juga hadir Kasi Humas, AKP Elan Maruli Sitompul, Kasat Narkoba, AKP Herman, Kasat Lantas, AKP Budi Harto, Kasat Intelkam, AKP Aminudin, Kasat Sabhara, AKP Heri Hurairah, bersama jajaran PJU Polres Musi Rawas dan 30 personel Baja angkatan 46 Polres Musi Rawas.
Perjalan penuh tantangan begitu terasa, ketika para Baja melangsungkan ekpedisi daratnya, masing-masing peserta terbagai tiga kelompok, dengan dipandu para panitia memulai perjalanya dengan dilepas langsung Kepala Desa Sukorejo.
Kemudian, dibeberapa titik lokasi, setiap kelompok secara estapet menghampiri pos pembekalan materi.
Sebelum melaksanakan perjalanan, Wakapolres Musi Rawas, Kompol Willian Harbensyah memimpin apel sebelum keberangkatan. Ia mengatakan, dikumpulkannya personel Baja di kaki Bukit Gatan karena ada beberapa hal kegiatan eskpedisi dikhususkan kegiatan pembaretan Baja.
"Tradisi sengaja dilaksanakan, sehingga nantinya benar-benar dihargai susahnya mendapatkan baret," kata Wakapolres.
Wakapolres menjelaskan, baret merupakan lambang kehormatan besar Satuan Samapta, dalam artian mempererat tali silahturahmi personel.
Nantinya, akan terlihat sifat individu masing-masing personel, kebersamaan dilihat ketika berada diatas, khususnya saat melewati beberapa pos mengikuti kegiatan.
"Jaga keselamatan, dari informasi, tim melaporkan medan cukup berat, baik di pos 1, 2, 3 hingga di pos 4, maka harus hati-hati dan tetap kerjasama. Tim dokes berperan, misal menangani pertolongan pertama tabung oksigen, sekali lagi, kegiatan paling utama keselamatan diri," pesannya.
Lanjut Wakapolres, jika butuh pertolongan, terdekat tolong beri bantuan, jaga kekompakan rekan-rekan dari atas kebawah, begitupun sebaliknya, dari atas turun kebawah.
Kemudian, setelah menempuh waktu perjalan mendaki selamat tiga jam, tibalah para peserta di puncak bukit, para peserta dikumpulkan mengikuti upacara tradisi pembareta, dipimpin secara langsung oleh Kapolres Musi Rawas, AKBP Achmad Gusti Hartono.
Dalam sambutanya, AKBP Achmad Gusti Hartono mengpresiasi semangat para Baja. Yang mana, secara langsung terpantau kalau semuanya dalam kondisi sehat, dengan tanpa ada kendala berjalan kaki, menerima materi pembekalan, hingga dengan mendaki sampai ke puncak bukit Gatan.
"Semua ini merupakan tradisi, dimana kita pastikan peserta ekpedisi darat dan pembaretan diikuti oleh 30 orang, terdiri 29 orang bintara dan 1 orang Polwan. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan dimulai berjalan kaki, mendaki mengikuti pembekalan. Ya, kepada adik-adik jadikan ini sebuah pengalaman," ujar Kapolres.
Kapolres menuturkan, upacara Tradisi Pembaretan 30 Personel Baja Angkatan 46 Satuan Samapta Polres Musi Rawas Tahun 2022 tentunya melalui beberapa kegiatan rangkaian pembaretan.
"Apa yang dilalui banyak kenangan, pengalaman pribadi dan untuk diceritakan kepada keluarga," tutur Kapolres.
Lalu, kata Kapolres, pembaretan tersebut ada beberapa yang berbeda, karena secara pribadi ia juga telah mengalami, itupun dua kali saat pelaksanaan akpol dan di mega mendung.
Tentunya ada pengalaman dan nilai-nilai, serta hasilnya digunakan saat menjalankan tugas sebagai anggota Polri. Oleh sebab itu, baret ini adalah sebuah simbol dari kemampuan, khususnya Samapta, dimana simbol ini merupakan dasar kepolisian," jelas suami Ny Irene Gusti Hartono itu.
Lebih lanjut, Kapolres menerangkan, sebelum sampai di puncak, personel telah melewati pos-pos, dimana disetiap pos para personel diberikan pertanyaan sekaligus pendoman sebagai anggota Polri.
"Secara pribadi serta sebagai anggota Polri harus dipedomani, dipahami dan dipraktekan, baik dalam kehidupan pribadi hingga dalam menjalankan tugas sebagai anggota Polri," terangnya.
Baret coklat merupakan simbol menganalisa, memiliki daya juang, baret coklat merupakan asal mula dan tempat hidup, dalam artian Bumi.
"Samapta harus jadi seorang diandalkan sekaligus dipupuk, ditanam dan bahkan menjadi tulang punggung Polres Musi Rawas, harus menjadi mitra masyarakat, penopang masyarakat dalam artian apabila masyarakat melapor meminta bantuan maka harus memberikan bantuan, pelayanan terbaik untuk masyarakat, karena tugas seorang Polri yakni melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum," papar perwira low profil ini.
Kembali, AKBP Gusti sapaanya akrabnya, menjelaskan sebagai seorang anggota Polri harus mempunyai kemampuan, contohnya personel dibidang Turjawali, maka harus mengerti dalam tugasnya, yakni paham dalam unit pengaturan, penjagaan, pengawalan dan Patroli, kemudian tindakan pertama di tempat kejadian perkara (TPTKP), lalu tindak pidana ringan (Tipiring).
"Jadilah polisi yang cerdas dalam berbagai hal, dalam negosiator, dalam kepedulian seperti contoh yang dilakukan hari ini, meningkatkan kesatuan, kepedulian, meningkatkan kemampuan, menjaga fisik dan peralatan," ucapnya.
Serta, kemampuan SAR Polri dalam penyelamantan terbatas dan yang belum pernah melakukan SAR bisa melaksanakan hal tersebut, juga yang sudah melakukan SAR bisa meningkatkan kembali dalam penyelematan tim.
Jadi baret itu, ujar Kapolres, bukan gagah-gagahan sebagi Polri, namun mempunyai simbol gagah dalam bermitra, empati, menjalankan tugas serta menjalankan kemampuan sebagai anggota Polri.
"Saya berpesan dan berharap, kepada personel sekaligus adik-adik saya, jadilah polisi yang bermitra dan dicintai masyakarakat, serta bisa membantu, melaksanakan semaksimal mungkin harapan masyarakat," harap perwira berpangkat melati dua itu. (Rls/65)